Sebuah Nama dari Sahabat


Aku dilahirkan pada tanggal 29 Oktober 1994 tepatnya hari sabtu pahing tepat pada jam 01.00 malam. Kedua orang tuaku memberi nama yang sangat indah bagiku. Nama itu adalah Okta Riski Suharyadi. Dibalik nama itu ada makna yang indah yang hanya diketahui oleh aku dan orang tuaku. Aku mempunyai dua nama panggilan di tempat yang berbeda, di rumah aku dipanggil Kiki yang berasal dari kata Riski yang tertera pada kata kedua yang ada di namaku. Yang kedua, di sekolah aku dipanggil Okta yang merupakan kata pertama dalam namaku.
   
            Banyak kisah yang terjadi dalam hidupku ini. Salah satu kisah yang sangat aku sulit untuk melupakannya, terjadi pada saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Kisah ini sangat berpengaruh bagiku hingga sekarang dan mungkin bagi kehidupanku yang akan datang. Ini terjadi karena ada ciri-ciri istimewa yang ada pada diriku. Perlu kalian ketahui aku mempunyai ciri istimewa  yaitu memiliki setitik tahi lalat yang sangat menawan dan mempesona setiap orang yang melihatnya di sebelah pojok kiri bawah hidungku.

          Kisah ini terjadi sekitar 6 tahun yang lalu ketika aku duduk di bangku kelas 4 SD. Sebelum kisah ini terjadi tidak ada satu firasat apapun yang ada dalam pikiranku. Kejadian ini bermula ketika istirahat tiba. Semua teman-temanku langsung berlarian keluar kelas seperti ingin segera buang hajat, ternyata malah mereka berbondong-bondong ke lapangan untuk menghabiskan uang hasil kerja keras orang tuanya yang diberikan kepada mereka. Tiba-tiba ada salah seorang temanku yang mendekatikudengan membawa sebungkus biskuit yang digenggam erat oleh tangannya agar tidak dimintai oleh teman-temannya. Sebut saja anak itu dengan nama Tomong. Dia langsung duduk di sebelahku dan tidak seperti biasanya dia menawarkan satu keping biskuit itu kepadaku, aku heran karena dia tidak seperti biasanya, tetapi tanpa berpikir panjang aku menerima pemberian darinya. Tidak terlintas di pikiranku tiba-tiba dia menempelkan butiran coklat di pojok kiri hidungku. Ternyata butiran coklat itu sama persis dengan tahi lalatku yang sangat mempesona ini, sehingga sejak saat itu Tomong memanggilku dengan nama produk yang tertera di bungkus biskuit itu tadi.

           Nama produk biskuit yang dijadikan nama panggilanku tadi adalah ”Good Time”. Seiring berjalannya waktu nama panggilan tadi menyebar ke seluruh anak-anak yang satu kelas denganku, sehingga  seakan-akan nama panggilan Okta hampir tidak pernah terdengar lagi di kelasku, aku hanya bisa mendengar nama panggilan Okta jika ada guru yang memanggilku.

          Awalnya aku sedikit tersinggung saat teman-temanku memanggilku dengan nama Good Time tadi. Sayangnya mungkin tidak ada yang peduli dengan perasaanku, toh aku hanya diam seribu bahasa bak mayat yang baru bangkit dari kubur. Pada saat itu benar-benar hatiku seperti sedang disulut bensin  menahan emosi yang hampir meletus. Terlebih kepada Tomong yang memprakarsai terbentuknya nama itu, debug jantungku telah dipuncak, kobaran si jago merah yang ada dalam hatiku seakan-akan sangat ingin menyambarnya. Secepat kilat aku bangkit dari tempat dudukku, karena seolah-olah ada iblis yang menunggangi kepala Tomong, tetapi apa mau dikata mengingat Tomong adalah sahabat karibku dari seumur jagung, aku tidak tega melampiaskan kobaran emosi ini kepadanya, kobaran emosi ini seketika padam pada saat aku mendekatinya. Seperti selayaknya sahabat kita mulai lagi bercanda gurau bersama.

****

Hari terus berganti, dan dengungan nama panggilan Good Time terdengar dimana-mana, tidak hanya di kelas bahkan di semua sudut sekolah teman-temanku memanggilku dengan nama Good Time.

Sudah tidak asing lagi di telingaku kata tersebut, karena sudah sekitar 2 tahun teman-temanku memakai nama panggilan itu. Karena hal itu perasaanku menjadi biasa saja ketika ada orang memanggilku Good Time.

Secercah harapan timbul untuk menghilangkan nama itu dari peredarannya. Yaitu ketika pengumuman kelulusan sekolah dasar terjadi. Harapanku adalah jika aku lulus SD dan melanjutkan SMP, di SMP tidak ada lagi nama panggilan itu.

Eh ternyata yang terjadi malah kebalikannya. Ada dua teman yang pada saat SD bersama denganku dan di SMP kedua temanku tadi bersama lagi denganku. Di SMP awalnya masih sering terdengar panggilan Okta, tetapi karena kedua temanku yang berasal dari SD yang sama denganku memanggilku dengan panggilan Good Time dan terdengar oleh teman-teman SMP ku yang lain, secara perlahan-lahan teman-teman SMP ku juga memanggilku dengan nama Good Time. Parahnya oleh teman-temanku penulisan nama itu dibuat berbagai variasi seperti, Gutem, GoudTaim, Godtam, dan lainnya. Bahkan ada juga yang memanggilku dengan panggilan Choco Chips. Entah kenapa mereka memanggilku seperti itu, mungkin karena mereka adalah penggemar yang sangat fanatik terhadap sesuatu yang sangat fenomenal di samping hidungku.  Karena sudah sangat terbiasa nama panggilan Good Time seakan-akan sudah sangat mendarah daging dalam diriku.

Harapan yang sama juga terjadi pada saat kelulusan SMP dan melanjutkan ke SMA. Kali ini harapan itu meleset cukup jauh, karena tidak hanya satu, dua atau tiga teman yang satu SMP denganku tapi malah mencapai sekitar 77 teman-temanku yang bersama lagi di SMA.  Sudah tidak perlu dipertanyakan jika nama itu sangat populer di kalangan teman-teman SMA dan penyebarannya secepat kecepatan cahaya. Di masa SMA ini nama panggilan Okta hanya terdengar beberapa minggu saja, walaupun masih ada yang memanggil nama Okta selain guru-guru tetapi hanya beberapa ekor anak saja. Kejadian ini sungguh sangat parah ketika ada teman yang sama sekali tidak tahu menahu siapa nama asliku. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ketika ada anak yang sudah akrab denganku tetapi tidak mengetahui nama asliku. Tetapi tidak apa-apa perasaanku sama sekali tidak tersinggung.

****
Tetapi tak mengapa. Seluruh kejadian-kejadian yang terjadi di atas, sama sekali tidak mengganggu segala aktivitas-aktivitas yang dilakukan olehku dan tidak menyurutkan semangatku untuk menciptakan persahabatan yang rukun, bukan untuk menciptakan perselisihan karena semua itu adalah hal yang sepele dan mungkin dengan nama panggilan itu dapat meningkatkan keakraban antara aku dan teman-temanku. Aku percaya bahwa sahabat adalah salah satu faktor yang mengambil andil cukup besar dalam kehidupan kita.


******